Monday 4 October 2010

Hapuslah air mata di pipi dan hilangkan lara di hati




Kegelisahan, kedukaan dan air mata adalah sebahagian dari sketsa hidup di dunia. Titisan air mata yang bermuara dari hati dan berselaputkan kegelisahan jiwa terkadang memilukan, hingga membuat keresahan dan kebimbangan. Kedukaan kerana kerinduan yang teramat sangat dalam menyebabkan kepedihan yang menyisakkan rongga dada. Jiwa yang rapuh pun berkisah pada alam serta isinya, bertanya, dimanakah pasangan jiwa berada. Lalu, hati menciptakan serpihan kegelisahan, bagaikan anak kecil yang hilang dari ibunya di tengah keramaian.

Keinginan bertemu pasangan jiwa, bukankah itu sebuah fitrah? Semua itu hadir tanpa disedari sebelumnya, hingga tanpa sadar telah menjadi bahagian hidup yang tak terpisahkan. Sebuah fitrah pula bahawa setiap wanita ingin menjadi seorang isteri dan ibu yang baik seimbang menjalani hidup dalam kesendirian. Dengan sentuhan kasih sayang dan belaiannya, akan terbentuk jiwa-jiwa yang soleh dan solehah.

Duhai wanita yang dikasihi...
Betapa mulianya kedudukan seorang wanita, apalagi bila jika seorang wanita beriman yang mampu membina dan menjaga keindahan cahaya Islam hingga memenuhi setiap sudut rumah tangganya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala pun telah menciptakan wanita dengan segala keistimewaannya, hamil, melahirkan, menyusui hingga keta'atan dan memenuhi hak-hak suaminya laksana arena jihad fii sabilillah. Kerananya, yakinkah batin itu tiada gurisan saat melihat pernikahan wanita lain di bawah umurnya? Pernahkah kita menyaksikan kepedihan wanita yang berazam menjaga kehormatan diri hingga ia menemukan kekasih hati? Dapatkah kita menggambarkan perasaannya yang merintih saat melihat kebahagiaan wanita lain melahirkan? Atau, tidakkah kita melihat kilas tatapan sedih matanya ketika melihat aqiqah anak kita?

Letih...
Sungguh amat letih jiwa dan raga. Sendiri mengayuh biduk kecil dengan rasa hampa, tanpa tahu adakah belahan jiwa yang menunggu di sana.

Duhai ukhti sholehah...

Dalam Islam, kehidupan manusia bukan hanya untuk dunia fana ini saja, kerana masih ada akhirat. Memang, setiap manusia telah diciptakan berpasangan, namun tak hanya dibatasi dunia fana ini saja. Seseorang yang belum menemukan pasangan jiwanya, insyaAllah akan dipertemukan di akhirat sana, selama ia beriman dan bertaqwa serta sabar atas ujian-Nya yang telah menetapkan dirinya sebagai lajang di dunia fana. Mungkin sang pangeran pun tak sabar untuk bersua dan telah menunggu di tepi surga, berkereta kencana untuk membawamu ke istananya.

Keresahan dan kegelisahan janganlah sampai merubah pandangan kepada Sang Pemilik Cinta. Kalaulah rasa itu selalu menghantui, usah kau lara sendiri, duhai ukhti. Taqarrub-lah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kembalikan segala urusan hanya kepada-Nya, bukankah hanya DIA yang Maha Memberi dan Maha Pengasih. Ikhtiar, munajat serta untaian doa tiada habis-habisnya curahkanlah kepada Sang Pemilik Hati. Tak usah membandingkan diri ini dengan wanita lain, kerana Allah Subhanahu wa Ta'ala pasti memberikan yang terbaik untuk setiap hamba-Nya, meski ia tidak menyadarinya.

Usahlah dirimu bersedih lalu menangis di penghujung malam kerana tak kunjung usai memikirkan siapa kiranya pasangan jiwa. Menangislah kerana air mata permohonan kepada-Nya di setiap sujud dan keheningan pekat malam. Jadikan hidup ini selalu penuh dengan harapan baik kepada Sang Pemilik Jiwa. Bersiap menghadapi putaran waktu, hingga setiap gerak langkah serta helaan nafas bernilai ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Tausyiah-lah selalu hati dengan tarbiyah Ilahi hingga diri ini tidak sepi dalam kesendirian.
Bukankah kalau sudah saatnya tiba, jodoh tak akan lari kemana. Karena sejak ruh telah menyatu dengan jasad, siapa belahan jiwamu pun telah dituliskan-Nya.


Sabarlah ukhti sholehah...

Bukankah mentari akan selalu menghiasi pagi dengan kemewahan sinar keemasannya. Malam masih indah dengan sinar lembut rembulan yang dipagar bintang gemerlapan. Kicauan bening burung malam pun selalu riang bercanda di kegelapan. Senyumlah, laksana senyum mempesona butir embun pagi yang selalu setia menyapa.

Hapuslah air mata di pipi dan hilangkan lara di hati. Terimalah semua sebagai sebahagian dari perjalanan hidup ini. Dengan kebesaran hati dan jiwa, dirimu akan menemukan apakah rahsia di sebalik titian kehidupan yang telah dijalani. Hingga, kelak akan engkau rasakan tak ada lagi riak kegelisahan dan keresahan saat sendiri.

Semoga.
WaLlahua'lam bi shawab.

No comments:

Post a Comment