picture by Ari Photography
Siapa dia? Siapa diri ini?
Tatkala ku menghadap sebuah cermin
Tampak sesusuk tubuh
Yang sangat lama kukenal
Dan sangat sering kulihat
Namun aneh
Aku semacam belum mengenal
Siapa yang ku lihat itu??
Siapakah dia itu?
Siapakah dia itu?
Tatkala kutatap wajahnya
Hatiku bertanya
Apakah wajah itu wajah yang kelak akan bercahaya
Bersinar indah di syurga sana?
Ataukah wajah itu yang akan hangus legam di neraka Jahannam?
Tatkala kutatap mata
Lubuk hatiku berbisik bertanya
Mata itukah yang akan menatap
Allah Robbul ‘Alamin
Rasulullah Habibullah
Para sahabat Radhiallahuajm’in
Menatap dengan penuh kenikmatan dan kerinduan?
Ataukah mata ini yang akan terbeliak
Melutut, menganga terburai menatap neraka jahanam
Seksaan yang amat dahsyat?
Apakah mata yang tak terlepas melihat maksiat ini
Akan terselamat dari azab di sana nanti?
Wahai mata…
Apakah yang tatap dan lihat
selama engkau hidup di muka bumi ini?
Tatkala kutatap mulut
Apakah mulut itu
Yang kelak akan berkumit-kumit penuh keyakinan
Mengucapkan Laailaaha Illallah
Di saat malaikat maut datang menjemput?
Ataukah menjadi mulut menganga
Dengan lidah Terjulur
Dengan jeritan bingit memekik
Bergetar menakutkan setiap pendengar yang ada
Di saat sakaratul maut datang menjelma…
Ataukah mulut itu menjadi pemakan buah zaqqum Jahanam
Yang amat dahsyat
Menjadi pembakar, penghangus kerongkong dan usus
Wahai mulut yang malang
Apakah perkara yang engkau ucapkan?
Tipu daya, perkataan dusta, umpat caci, carut mencarut?
Berapa banyak dusta yang engkau ucapkan?
Berapa banyak hati-hati yang remuk hancur luluh
Dengan pisau kata-katamu yang menghiris tajam?
Berapa banyak kata-kata manis semanis madu yang palsu
Yang engkau ucapkan untuk menipu
Wahai mulut yang malang
Sedarkah engkau
Betapa engkau jarang sekali
Menyebut memuji nama Tuhanmu dengan tulus
Betapa jarangnya engkau
Dengan syahdu dan ikhlas
Bermohon agar tuhanmu mengampuni mu
Tatkla kutatap tubuh
Apakah tubuh itu yang kelak akan penuh cahaya
Bersinar, bersukacita, bercengkerama di syurga?
Atau tubuh itu yang akan tercarik-carik hancur
Mendidih di dalam lahar membara jahannam
Kemudian bercantum semula
Menanggung derita yang tak akan pernah berakhir
Wahai tubuh
Berapa banyak maksiat yang telah engkau lakukan?
Berapa banyak orang yang telah engkau khinati dan zalimi
Berapa banyak hamba Allah yang lemah
Yang telah engkau tindas dengan kekuatanmu
Berapa banyak orang datang meminta pertolongan
Tapi engkau buat acuh tak acuh tanpa peduli
Padahal engkau mampu menolong
Berapa banyak pula hak-hak orang lain yang engkau rampas?
Ketika kutatap mu wahai tubuh
Seperti juga ku renung akan isi hatimu
Apakah isi hatimu sebagus kata-katamu?
Atau sebagus daki-daki yang melekat ditubuhmu?
Apakah hatimu segagah ototmu?
Atau ia selemah daun-daun yang mudah layu berguguran
Apakah hatimu seindah penampilanmu?
Ataukah sebusuk kotoran pada pakaianmu?
Apa yang terzahir nampak dicermin
Dengan apa yang tersembunyi
Betapa ianya berbeza…
Apa yang terzahir nampak dicermin
Dengan apa yang tersembunyi
Betapa aku telah tertipu
Aku tertipu oleh topeng itu
Betapa yang kulihat selama ini hanyalah topeng
Hanyalah topeng yang menipu belaka
Betapa pujian yang terhambur hanyalah memuji topeng yang ada
Betapa semua yang indah itu
Hanyalah topeng yang menipu
Sedangkan aku . . .
Hanyalah selonggok sampah busuk yang terbungkus
Aku tertipu…
Aku malu ya Allah . . .
Aku tertipu
Tertipu kerana nafsu diriku
Wahai Allah . . .
Selamatkanlah aku.
sumber: Halaqah.net . . copyright blog pakarHowto
p/s: Mendidik diri, Satu perjalanan yang tidak akan tamat kecuali dengan kematian. Jatuh bangun di dalam perjalanannya adalah fitrah, bukan alasan untuk kelemahan. -Langit ILAHI-
tQ .. for this post..
ReplyDelete